Kami berjalan mendekati sebuah gedung lalu membuka gerbangnya. Rupanya tempat itu tempat pembantaian, tempat yang akan kami naungi selama 3 tahun kedepan. Kami akan menjadi korban pembantaian para assassin. Huffttt…..(mungkin itu sebutan yang pantas untuk kami persembahkan kepada mereka) semua sudah kami pasrahkan, bagaimanapun mereka akan memperlakukan kami demi terbantainya kebodohan-kebodohan yang ada pada diri kami, mungkin begitulah sejatinya sikap seorang korban. Harus merendah…
‘’laulal ilmi yudraku bilmunaa’’ andaikan ilmu itu bisa didapatkan dengan hanya berkhayal atau berandai-andai. Maka kami tidak akan bersusah payah menjebloskan diri ke tempat pembantaian ini, menyodorkan diri kami untuk menjadi korban para assassin. Apalah daya, semua butuh usaha dan kami butuh ilmu, kami tak ingin jiwa kami kering kerontang kehausan, terombang-ambing menjalani alur kehidupan. Gelap, kelam, laksana tanpa cahaya dan seperti berada di ruang yang redup. Oleh karenanya, kisah ini kami torehkan di tempat pembantaian yang kami jalani untuk mengejar cahaya yang kami inginkan dengan merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu, meski semua hanya beralaskan putih abu-abu.
*Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak di bawah ini:
*Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak di bawah ini:
*Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak di bawah ini:
*Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak di bawah ini:
*Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak di bawah ini:
*Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak di bawah ini:
Belum ada ulasan untuk produk SEMANGKA: SEMAsa meNG’esemKA